watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

AKIBAT TERJUN DIDUNIA POLITIK

Ini adalah kisah tentang Venna Melinda (37 tahun)
, seorang anggota DPR yang dulunya adalah
seorang artis sinetron yang populer pada dekade
90an, selain itu ia juga pernah menjadi puteri
Indonesia tahun 1994. Politisi yang sekarang
bergabung dengan partai berlambang bintang
merah putih bersudut tiga ini memang terkenal
pantang mundur dengan apa yang dia
perjuangkan dan memegang prinsip. Hari itu,
sang ibu beranak dua yang masih terlihat cantik
ini sedang bersiap menuju ke kantornya di pusat
kota. Hari itu Venna mengendarai mobil sedan
Honda Jazz merahnya. Pukul 5 dini hari ia telah
berangkat untuk menghindari macet. Suaminya,
Ivan, sedang berada di luar kota sementara
sopirnya sedang izin pulang ke kampungnya.
Venna tak menyadari bahwa saat ia keluar dari
kompleks rumahnya ia telah diikuti sebuah mobil
minibus di belakangnya. Saat itu masih gelap, di
sebuah jalanan sempit dan sepi, mobil itu
memotong mobilnya dan menghadangnya.
Venna pun spontan menginjak rem karena
kaget, dari mobil itu turun dua orang pria
bertampang sangar dan bertubuh kekar
menghampirinya. Salah satu dari pria itu dengan
cepat mengayunkan kapak yang dipegangnya ke
kaca mobil Venna beberapa kali hingga kaca
tersebut pecah. Venna tersentak kaget dan
mencoba menjerit, namun sebelum sempat
melakukannya, pintu mobilnya sudah dirusak
oleh mereka dan mereka menyeretnya keluar
dari mobilnya. Kejadian itu berlangsung begitu
cepat, walau ia berusaha melakukan perlawanan
namun tenaga pria itu lebih kuat darinya,
seorang merangkul bahu Venna dan
menggendong tubuhnya menuju ke mobil
mereka seorang lainnya membekap mulutnya
agar ia tidak berteriak. Setelah memasukkan
wanita itu ke minibus berkaca gelap itu, mereka
pun segera tancap gas dan meninggalkan mobil
Venna begitu saja di jalanan. Minibus itu melaju
dengan cepat meninggalkan lokasi kejadian. Di
dalam mobil itu Venna mendapati dirinya
bersama empat orang lelaki, satu sopir dan dia
berada di tengah tengah dua orang pria yang
menghancurkan mobilnya
“Heii siapa kalian?? mau dibawa kemana saya?”
tanya Venna dengan suara bergetar.
“Nanti juga kamu tahu sendiri dibawa kemana…
kami gemas melihat sepak terjang kamu dan
partaimu” jawab salah seorang pria yang berada
di depan dengan nada dingin.
“Apa-apaan ini?? Apa mau kalian?” Venna
semakin ketakutan karena semakin menyadari
mereka berniat tidak baik padanya.
“Udah.. jangan banyak tanya! Nanti juga tau kok”
ujar yang di sebelah Venna.
Mobil itu terus melaju, di dalam mobil Venna
berusaha berontak melawan mereka.
“Eehh…bandel juga si ibu anggota dewan nih!”
ujar lelaki yang memegangi Venna, ia kaget saat
Venna menggigit tangannya sehingga spontan ia
layangkan pukulan ke pundak Venna, hingga
gigitannya terlepas.
“Uuuhh gua entot lu sekarang juga sampe
hamil!!” katanya mulai marah melihat Venna
terus berontak berusaha melepaskan diri.
Venna terus meronta dan menjerit hingga kedua
lelaki itu mulai kesulitan memeganginya.
“Stop berhenti dulu! Pelacur ini harus dibungkam
dulu!” sahut lelaki gemuk di sebelahnya pada
temannya yang sopir.
Mobil pun berhenti. Si gendut itu langsung
menggumuli Venna dan merengkuh tubuhnya.
Venna berusaha menggeliat geliat melepaskan
diri, namun ia kalah tenaga dari pria itu,
“Ayo ikat tangannya ke belakang” perintahnya
pada temannya
Temannya yang berambut kribo itu langsung
melepas ikat pinggangnya dan mengikat kedua
tangan Venna ke belakang dengan erat.
”Udah, lu suruh aja dia nyepong biar diem!” ujar
si sopir.
“Iya mendingan kita gangbang aja nih cewek ini
rame rame..” ujar yang disebelahnya.
Venna terkejut bagai disambar petir di siang
bolong mendengarnya
“Jangannnn… kurang ajar kalian…kalian tidak tahu
sedang berbicara dengan siapa!?” ancamnya
mencoba menggertak mereka.
”Eehh…kita tahu kamu tuh Venna Melinda, si artis
yang ikutan trend jadi politikus itu!! So what gitu
loh!! Mau ngancam dengan jabatan?!” balas lelaki
itu sinis
“Lagian kamu kan tua tua keladi, makin tua
makin berisi” ujar temannya sembari tertawa
terbahak bahak.
“Brengsekkk!! Haram jadah kalian semuanya.
Jaga mulut kalian bangsattt!!!” maki Venna,
Namun lelaki yang orang pria yang mengapitnya
itu makin kurang ajar, kedua belah kaki Venna
yang tak berdaya karena ikatan tangan yang
mengunci pergerakannya itu dibentangkan lebar-
lebar ke kiri dan kanan sampai akhirnya tangan-
tangan nakal lelaki tersebut dengan leluasa
menyeruak meraba selangkangannya yang
merupakan daerah sensitif wanita kemudian
dengan bernafsu mengusap-ngusap wilayah
segitiga sorgawi itu. Venna meronta dan
menjerit, namun teriakannya ditelan oleh deru
mobil yang kencang. Mobil itu terus melaju di
pagi yang sunyi itu, menenggelamkan teriakan
wanita cantik yang malang itu. Setelah setengah
jam lebih perjalanan, mobil itu berhenti di
sebuah tempat yang sunyi, ada sebuah
bangunan kecil di situ seperti bekas sebuah
gudang yang telah lama tidak digunakan. Mereka
membawa Venna ke dalam gudang itu lalu
mendorongnya ke sebuah tumpukan jerami
kering, hingga wanita itu tergeletak di sana.
Wajah mereka yang seram itu siap memangsa
dirinya yang tak berdaya. Venna makin
ketakutan, nafasnya ngos-ngosan dan
pergelangan tangannya yang terikat terasa sakit
karena terus berontak di mobil tadi. Salah
seorang dari mereka menghampirinya dan
langsung merengut kemeja yang dikenakan
Venna hingga beberapa kancingnya terlepas dan
terlihatlah payudara montoknya yang masih
tertutup bra merah. Kontan Venna pun menjerit
dibuatnya
“Ck ck ck perempuan ini masih bahenol padahal
udah turun mesin” ujarnya penuh nafsu melihat
kecantikan dan kemolekan tubuh Venna,
memang walau usianya hampir kepala empat
dan beranak dua, tubuhnya tetap padat dan
berisi karena rajin menjaga kebugaran tubuhnya.
“Siapa kalian??!!! jangann …mau apa kalian
sebenarnya!!” jerit Venna dengan sesegukan.
“Hehehe Bu Venna jangan salahkan kami Bu, ini
resikonya kalau masuk dunia politik, musuh bisa
di mana aja termasuk dari partai ibu sendiri, kita
ini cuma jalanin tugas kok!” katanya menyeringai
sambil meremas payudara Venna dari luar
branya
Venna benar-benar bingung bercampur takut,
siapa gerangan yang tidak menyukainya sampai
harus melakukan hal ini? Ada seseorang yang
tidak senang dengan tindakan politiknya tapi apa
itu? apa yang salah dengan tindakannya? Ia
merasa selama ini ia berpolitik dengan benar
tanpa menerima suap ataupun korupsi. Siapa
pula yang dimaksud sebagai orang dalam partai
seperti kata pria itu tadi? Apakah ada yang tidak
senang padanya di dalam partai yang sama?
“Ayo cepetan coy… kita udah gak sabar nih
pengen ngetotin anggota dewan yang terhormat
ini” ujar temannya yang tadi mengendarai mobil.
“Gua udah ngaceng berat nih! Kita mulai aja!”
ujarnya mendekati Venna, posisi tangan Venna
yang terikat membuat tangan lelaki itu leluasa
mengoyak kemeja safari yang dikenakan Venna
hingga sisa kancing yang belum terbuka kini
terlepas semua.
Bagian tubuh atas Venna pun terlihat lebih jelas.
Venna mengenakan bh berwarna merah.
Kulitnya masih kencang untuk wanita seumur
dirinya.
“Wah… memang kulit artis beda dengan kulit
lonte ya…udah beumur gini masih tetep kencang
dan mulus” ujar pria yang hendak memperkosa
Venna yang diketahui bernama Rembo itu.
“Biadabb kalian… iblisss!!!” maki Venna.
“plakkk !!“ tangan Rembo melayang ke pipi
Venna hingga ia meringis kesakitan.
“Kamu tuh sekarang pelacur kami tahu!!! Liat
aja…kamu nanti akan kami apakan ibu anggota
dewan yang sombong ini” ancamnya dengan
wajah bengis, muka Rembo memang bengis,
hitam dan ditumbuhi cambang yang lebat.
Rembo melepas pakaiannya sendiri hingga
telanjang bulat, badannya dipenuhi bermacam
tattoo, dan batang penisnya telah berdiri tegak.
Venna bergidik melihat benda yang
menggantung di selangkangan pria itu.
Membayangkan penis hitam dan berbulu lebat
itu akan memasuki liang kewanitaannya saja,
Venna merasa dirinya sudah tak tertolong lagi.
“Aampunn masss… jangan perlakukan saya
begini, apapun yang kalian minta akan kuberikan,
tapi tolong jangan lakukan ini pada saya” rengek
Venna pada mereka yang tentu saja tidak
mereka pedulikan.
“ahh… nanti aja bicara kalau udah merasakan
punyaku!!” ujar Rembo yang langsung
memeloroti celana panjang yang dikenakan
Venna dengan paksa,
“hhhh…ampunnn jangannnnn!!!” teriak Venna
saat rembo merengut celananya. Kemudian
dengan paksa rembo mengangkangkan kedua
kaki Venna. Dan langsung menciumi daerah
selangkangan Venna yang masih tertutup celana
dalam berwarna senada dengan branya itu.
“ uhhhh.. arghhhhh..ohhhh” jerit Venna mengap
mengap saat selangkangannya diciumi oleh
Rembo.
Sementara ketiga temannya tertawa tebahak-
bahak melihat kelakuan Rembo. Venna menatap
pria itu yang sedang melumat vaginanya dari
luar celana dalam dengan ketakutan,
“Jangan, jangan Ohhh!!” ucapnya memelas
seakan tahu hal yang lebih buruk akan menimpa
dirinya.
Kemudian, dengan kasar ditariknya celana dalam
Venna sehingga bagian bawah tubuhnya
telanjang. Kini terlihat gundukan kemaluan Venna
yang ditumbuhi bulu-bulu halus terawat yang
tidak begitu lebat. Venna menangis terisak-isak
meratapi nasibnya. Para lelaki yang berada di
sekitar Rembo itu pun pada terdiam melongo
melihat indahnya kemaluan artis cantik itu. Untuk
sementara ini mereka hanya dapat melihat
Rembo mereka mengerjai Venna.
Kini Rembo kembali memposisikan kepalanya
tepat di hadapan selangkangan Venna yang
nampak mengeliat-geliat ketakutan. Tanpa
membuang waktu, direntangkannya kedua kaki
Venna hingga selangkangannya agak sedikit
terbuka, dan setelah itu dilumatnya kemaluan
Venna dengan bibirnya. Dengan rakus bibir dan
lidah Rembo mengulum, menjilat-jilat lubang
vagina Venna, badan Venna pun menggeliat-
geliat kerenanya, matanya terpejam, keringat
mulai banjir membasahi tubuhnya, dan rintihan-
rintihannya pun mulai keluar dari bibirnya akibat
ganasnya serangan lidah Rembo pada
kemaluannya,
“Aahh.. sssshhhh.. hhmmh!!” desahnya dengan
tubuh menggeliat
Tidak tahan melihat itu, si sopir yang bernama
Joni dan seorang yang bernama Edo yang
berdiri di samping langsung meremas-meremas
payudara Venna yang masih terbungkus BH
itu.itu. Sementara itu seorang lagi sedang
mengarahkan sebuah handycam kecil ke arah
mereka merekam pemerkosaan itu. Venna
sesekali nampak berusaha meronta, namun hal
itu semakin meningkatkan nafsu ketiga pria itu.
Jari-jari Rembo meraba secara liar daerah liang
kemaluan yang telah banjir oleh cairan
kewanitaan Venna dan air liurnya. Jari
telunjuknya mengorek dan berputar-putar
dengan lincah dan sekali-sekali mencoba
menusuk-nusuk.
“Aakkh.. Ooughh..” Venna semakin keras
mengerang-ngerang.
Setelah puas dengan selangkangan Venna, kini
Rembo bergeser ke atas ke arah wajah Venna.
Kini giliran bibir merah Venna yang dilumat oleh
bibir tebalnya. Sama ketika melumat kemaluan,
bibir Venna pun dilumat dengan rakusnya,
dicium, dikulum dan memainkan lidahnya di
dalam rongga mulut wanita itu.
“Hmmph.. mmph.. hhmmp..” Venna hanya
dapat memejamkan mata dan mendesah-desah
tertahan di antara cumbuan kasar Rembo.
Bunyi decakan dan kecupan semakin keras
terdengar, air liur mereka pun meleleh menetes-
netes. Kemudian mulut Rembo turun menjilati
dan menghisap leher jenjang Venna.
Pria lainnya pun kini semakin ganas
menggerayangi tubuhnya. Joni merenggut bra
merah itu dengan kasar hingga robek. Buah
dada Venna yang bulat montok dengan puting
coklat itu pun tidak tertutup apa-apa lagi.
“Wuih…teteknya, bener-bener yahud, masih
kenceng!” sahut Joni sambil meremas payudara
kirinya dengan gemas
“Nah sekarang waktunya jos!” sahut Rembo
yang disambut oleh kegembiraan teman-
temannya
Kini Rembo yang telah puas berciuman berlutut
di antara kedua belah paha Venna yang terbuka
lebar. Nafas wanita itu terengah-engah akibat
percumbuan dengan Rembo tadi, matanya
masih terpejam dan kepalanya menoleh ke kiri
seolah membuang wajah dari pandangan
Rembo. Nampaknya pria ini mempunyai
kedudukan tinggi di antara mereka karena kedua
pria itu menyingkir sementara ketika ia akan
memulai eksekusi.
“Beginilah wanita!! Muna…awalnya bilang gak
mau, tapi kalau udah dipegang memeknya dikit
aja….eeehh…ngecrot juga” ujar Rembo meledek
Venna yang memang telah mengalami orgarme
yang membasahi liang vaginanya akibat
serangan lidah dan jari pria itu yang menjilat,
menyedot dan mengorek ngorek liang
kenikmatannya barusan.
Kini Rembo meluruskan posisi tubuh Venna dan
merentangkan kembali kedua kakinya hingga
selangkangannya terkuak sedikit kemudian
mengangkat kedua kaki itu serta menekuk
hingga bagian paha kedua kaki itu menempel di
dada Venna. Kemaluan Venna yang kemerahan
itu pun kini menganga seolah siap menerima
serangan. Tangis Venna semakin keras,
badannya terasa gemetaran, dia tahu akan
segera menjadi korban perkosaan. Rembo pun
mulai menindih tubuh Venna, tangan kanannya
menahan kaki Venna, sementara tangan kirinya
memegangi batang kemaluannya membimbing
mengarahkan ke lubang vagina Venna yang
telah menganga.
“Ouuhh.. aah.. ampuunn…jangan lakukan, saya
mohon!” rintih Venna.
Badan Venna menegang keras saat dirasakan
olehnya sebuah benda keras dan tumpul
berusaha melesak masuk ke dalam lubang
vaginanya.
“Aaakkh..!” Venna menjerit keras, matanya
mendelik, badannya mengejang keras saat
Rembo dengan kasarnya menghujamkan batang
kemaluannya ke dalam lubang vaginanya dan
melesakkan sisanya secara perlahan ke dalam
lubang vagina Venna yang masih kencang dan
rapat itu.
Keringat pun semakin membasahi tubuh Venna.
Badannya semakin menegang dan mengejang
keras disertai lolongan ketika kemaluan Rembo
berhasil menembus kedalam liang vaginanya
yang pernah melahirkan dua orang anak
tersebut. Setelah berhasil menanamkan seluruh
batang kemaluannya di dalam lubang vagina
Venna, Rembo mulai menggenjotnya mulai
dengan irama perlahan-lahan hingga cepat.
Lendir pun mulai mengalir dari sela-sela
kemaluan Venna yang sedang disusupi
kemaluan Rembo itu. Dengan irama cepat
Rembo mulai menggenjot tubuh Venna .Rintihan
Venna pun semakin teratur dan berirama
mengikuti irama gerakan Rembo.
“Ooh.. oh.. oohh..!” badannya terguncang-
guncang keras dan terbanting-banting akibat
kerasnya genjotan Rembo yang semakin
bernafsu.Setelah beberapa menit kemudian badan Rembo
menegang, hujaman-hujaman penisnya
semakin ganas dan cepat hingga akhirnya
disertai erangan kenikmatan, Rembo berejakulasi
di rahim Venna. Sperma yang dikeluarkannya
cukup banyak hingga meluber keluar. Venna
hanya dapat pasrah menatap wajah Rembo
dengan panik dan kembali memejamkan mata
disaat Rembo kembali menusuk pelan untuk
menyemburkan sisa spermanya sebelum
akhirnya terkulai lemas di atas tubuhnya.
Venna kembali menangis tersedu-sedu
menyadari dirinya telah ternoda, ia nampak
sangat shock. Badan Rembo yang menindih
tubuhnya pun terguncang-guncang jadinya
karena isakan tangis wanita itu.
“Gimana rasanya Bu? Enak kan? Gak usah pura-
pura suci gitu lah!” kata Rembo sambil
membelai-belai rambut Venna dan mencium
ringan pipinya
Beberapa saat lamanya Rembo menikmati
kecantikan wajah Venna sambil membelai-belai
rambut dan wajah Venna yang masih merintih-
rintih dan menangis itu, sementara kemaluannya
masih tertancap di dalam lubang vagina Venna.
“Saya kasih tau aja, gini nih kejamnya dunia
politik Bu, kalau mau nyalahin, salahin aja tuh
rekan partai ibu yang nyuruh kita hehehe!”
sambung Rembo sambil bangkit dan mencabut
kemaluannya dari vagina Venna.
“Ayo giliran siapa sekarang?” ujar Rembo kapada
teman-temannya.
Baru saja Rembo selesai bicara, Edo sedari tadi
cuma menonton dan menahan nafsu sudah
langsung mengambil posisi di depan Venna
yang masih lemas terkulai diatas tumpukan
jerami. Joni yang tadinya mau maju kini mereka
mundur lagi, karena posisinya dalam geng ini di
berada di bawah Edo sehingga ia mau tidak mau
harus mengalah. Edo yang berumur
pertengahan 30 dan bertubuh gempal ini segera
melepaskan celana jeans kumalnya, dan
kemudian berlutut tepat di atas dada Venna.
Kemaluannya yang telah tegang tidak kalah
besarnya dengan kemaluan Rembo itu kini tepat
mengarah di depan wajah Venna. Venna pun
membuang muka sambil memejamkan
matanya. Ia merasa jijik melakukannya apalagi
melihat kemaluannya yang menjijikkan dengan
kepala tak bersunat itu. Edo menjejali benda itu
dengan paksa ke bibir Venna untuk
mengoralnya. Tangannya yang kokoh meraih
kepala Venna dan menekankan mulut wanita itu
pada kemaluannya. Venna pun mau tidak mau
membuka mulut karena rambutnya dijambak
dan kepala penis itu terus dijejali ke bibirnya,
benda itu langsung masuk ke dalam mulut
Venna hingga masuk sampai pangkal. Sepasang
buah zakar bergelantungan di depan bibir Venna
yang kelagapan karena mulutnya kini disumpal
oleh kemaluan Edo yang besar itu. Edo mulai
memaju-mundurkan batang penisnya di dalam
mulut Venna yang megap-megap karena
kekurangan oksigen. Pria itu memompa
kemaluannya keluar masuk dangan cepat hingga
buah zakarnya memukul-mukul dagu artis cantik
itu
.
Gesekan bibir Venna dan penis yang sedang
dikulumnya menimbulkan bunyi kecipak dan
desahan tertahan. Sejujurnya Venna tidak suka
melalukan oral seks yang dianggapnya
menjijikkan, bahkan dengan suaminya saja ia
jarang melakukannya, pemaksaan ini
membuatnya sangat tersiksa terlebih aroma
penis itu cukup menusuk. Sapuan lidah dan
hisapan Venna membuat Edo semakin terbang
ke awang-awang dan makin mempercepat
gerakan pinggulnya yang tepat berada di depan
wajah Venna. Sesekali Venna tersedak dan
hampir muntah karena brutalnya pria itu
menyetubuhi mulutnya. Sekitar sepuluh menitan
penis hitam Edo sudah keluar masuk di
mulutnya dan membuat Venna makin lemas
dan pucat. Tak lama kemudian, akhirnya tubuh
Edo pun mengejang keras, pria itu mendesah
dan menumpahkan spermanya di rongga mulut
Venna. Venna yang merasakan semburan
dahsyat di mulutnya tersentak dan kaget, cairan
itu begitu kental dan berbau tidak sedap, ia ingin
menarik kepala dan memuntahkannya keluar
namun pegangan tangan Edo di kepalanya keras
sekali, sehingga dengan terpaksa Venna menelan
sebagian besar cairan putih kental itu.
“Aaah…sedothh terus Bu!” Edo melenguh
keenakan sambil mengeluarkan isi penisnya
sampai benda itu menyusut di mulut wanita itu.
Begitu pria itu menarik lepas penisnya, Venna
langsung meludah dan mencoba memuntahkan
sperma dari rongga mulutnya yang nampak
dipenuhi oleh cairan lendir putih itu. Ketika masih
terbatuk-batuk dan berusaha meludahkan
sperma yang tertumpah di mulutnya, tiba-tiba
lengannya ditarik seseorang dan orang itu segera
menindihnya. Orang itu tak lain adalah Joni, si
sopir, yang sudah tidak sabar menanti
gilirannya.
“Uuuh…sudah cukup…jangan lagi!” Venna
mendesah dan meronta lemah berusaha
menghindar dari pria itu
Setelah itu dengan kasarnya pria itu
menggerayangi kedua payudara Venna. Seperti
kelaparan, mulutnya mencaplok gunung kembar
itu serta mengisapinya dengan gemas. Si pria
yang memegang handycam mendekatkan alat
itu ke arah payudara Venna yang sedang
dilumat. Joni dengan gaya kampungan melihat
ke kamera sambil memberi tanda v dengan dua
jarinya.
“Aah… sudah hentikan…ampun!” sambil
menangis sesegukan Venna mencoba untuk
meminta belas kasihan dari para pemerkosanya.
Namun toh semua itu tidak membuahkan hasil
sama sekali, terbukti Joni dengan rakusnya terus
melahap kedua bukit kembar payudara Venna
yang montok secara bergantian. Diremas-
remas, dikulum dan dihisap-hisapnya kedua
gunung yang indah itu hingga meninggalkan
bercak-bercak kemerahan dan mulai
membengkak. Setelah puas mengerjai payudara
Venna, Joni mengarahkan penisnya ke vagina
wanita itu, siap menyatukan tubuh mereka.
“Aaakkhh!!” rintihan Venna memenuhi ruang itu
karena Joni telah berhasil menanamkan
kemaluannya di dalam vaginanya.
Mata artis cantik itu kembali terbelalak, tubuhnya
kembali menegang dan mengeras merasakan
lubang kemaluannya kembali disumpal oleh
batang kejantanan pemerkosanya.
Tanpa membuang waktu lagi, Joni langsung
menggenjot penisnya di dalam kemaluan Venna.
Kembali Venna hanya dapat merintih-rintih
seiring dengan irama gerakan persetubuhan itu.
Ketiga teman Joni menyorakinya seperti sambil
menonton dan menghisap rokok.
“Aaahh.. aahh.. oohh.. ahh.. ohh..!” Joni
melenguh panjang dan matanya berkejap-kejap
merasakan dinding vagina Venna makin
berdenyut meremasi penisnya.
Pria itu semakin liar menyetubuhinya, tangannya
tak pernah lepas dari sepasang payudara
montok itu. Selang beberapa menit kemudian ia
pun akhirnya berejakulasi di rahim Venna. Dia
pun akhirnya tumbang setelah menyemprotkan
tetes sperma terakhirnya.
“Hehehe…sedap, memek Ibu emang legit”
katanya sambil mengecup bibir Venna.
Nampak pada belahan vagina Venna yang masih
tertancap penis Joni mengalir cairan putih kental
bercampur dengan cairan kewanitaannya yang
berwarna bening.
“Gua sekarang…Do, gantiin gua nge-syuting
dong!” sahut pria yang daritadi mensyuting
Venna itu pada temannya.
Kini giliran si kameramen yang juga tidak kalah
berwajah garang, orang itu bernama yang
bernama Hendrikus, badannya tegap dan besar
serta berotot, rambutnya kribo dan kulitnya
gelap, ia berasal dari Papua, usianya sekitar 35
tahun. Venna ingat orang ini adalah yang
menariknya paksa keluar dari mobilnya. Ia
dengan santai mulai mencopot bajunya satu
persatu hingga telanjang bulat, kemaluannya
yang belum disunat itu pun sudah ereksi
maksimal. Venna yang masih kepayahan hanya
dapat menatap dengan wajah yang pasrah. Kini
hanya tinggal senggukan-senggukan kecil yang
keluar dari mulutnya, nafasnya masih terengah-
engah dan tubuhnya masih terasa pegal-pegal
karena disetubuhi tiga pria sebelumnya. Setelah
telanjang, pria itu mendekati Venna dan menarik
tubuhnya. Cengkraman tangannya kuat sekali,
dia membalikkan tubuh Venna hingga telungkup,
lalu kedua tangan kekarnya memegang pinggul
Venna dan menariknya hingga posisi wanita itu
menungging. Jantung Venna pun berdebar-
debar menanti akan apa yang akan terjadi pada
dirinya.
“Tidak…aakkhh.. ja.. jangan di situu!!” tiba-tiba
Venna menjerit keras, matanya terbelalak dan
badannya kembali menegang keras.
Ternyata Hendrikus berusaha menanamkan
batang kejantanannya di lubang anus Venna.
Tanpa merasa kasihan, ia dengan santainya
mencoba melesakkan kejantanannya perlahan-
lahan ke dalam lubang anus Venna.
“Aaakh.. aahh.. sakit.. ahh..!” Venna meraung-
raung kesakitan, badannya semakin berkelejotan
menahan nyeri akibat penetrasi penis jumbo pria
Papua itu.
Tak lama kemudian Hendrikus bernapas lega
ketika seluruh kemaluannya berhasil
memperawani anus wanita itu. Venna tampak
ngos-ngosan dan berlinang air mata, belum juga
ia beradaptasi, pria itu sudah mulai
menyodominya dengan kedua tangan
memegangi pinggulnya. Dia mulai memaju-
mundurkan kemaluannya mulai dari irama pelan
kemudian kencang sehingga membuat tubuh
Venna tersentak-sentak.
“Aahh.. aahh.. aah.. oohh.. sudah.. oohh..
ampun.. saakiit.. ooh..!” begitulah rintihan Venna
sampai akhirnya Hendrikus berejakulasi dan
menyemburkan spermanya ke dalam lubang
dubur Venna yang juga telah mengalami
pendarahan itu.
Namun belum lagi habis sperma yang
dikeluarkan oleh Hendrikus di lubang dubur
Venna, dengan gerakan cepat pria itu
membalikkan tubuh Venna yang masih
mengejang kesakitan hingga telentang. Karena
masih belum puas, maka Hendrikus kembali
menusukkan lagi kejantannya, kali ini ke lubang
vagina Venna.
“Oouuff.., aahh..!” Venna kembali merintih saat
kemaluan Hendrikus menusuk lubang vaginanya
dengan kasar.
Tanpa menunggu lebih lama lagi Hendrikus
kembali menggenjot tubuh lemah itu dengan
keras dan kasar sampai-sampai tubuh Venna
yang tidak berdaya itu membentur-bentur lantai
berlapis jerami di bawahnya.
“Ouh.. oohh.. ohh..!” Venna merintih-rintih
dengan mata terpejam, kedua payudara montok
itu tergoncang-goncang seirama tubuhnya.
Akhirnya sekitar sepuluh menit kemudian
Hendrikus berejakulasi kembali, yang kali ini di
rongga vagina Venna. Begitu Hendrikus menarik
lepas penisnya, Edo yang nafsunya bangkit lagi
kembali maju, rupanya ia masih ingin menikmati
kehangatan tubuh artis cantik itu, ia buru-buru
mengoperkan handycam pada Joni
“Sini gua lagi…ketagihan nih, kapan lagi ngentotin
artis coba!” katanya
Pria itu menekuk kaki Venna hingga lututnya
bersentuhan dengan dada dan telapak kakinya
serta vaginanya menghadap atas, lalu ia
menekan ke bawah penisnya hingga menyeruak
masuk ke vagina Venna. Kali ini Venna hanya
merintih kecil karena terlalu lelah dan kering
tenggorokannya. Ia juga makin terbiasa dengan
rasa sakit itu. Beberapa menit lamanya Joni
memompa tubuh Venna yang sudah loyo itu.
Bunyi berdecak terdengar setiap kali Joni
menghujamkan penisnya ke liang vagina Venna
yang telah sangat basah.
Badan Venna hanya tersentak-sentak lemah
seperti seonggokan daging tanpa tulang sampai
rahimnya kembali dibanjiri oleh sperma.
“hhhh….ssiiippp, memek yang seret!! bener-
bener memek artis!!” ujarnya puas.
Keempat orang tadi memang telah mendapat
jatah tubuhnya, tapi itu bukan berarti penderitan
Venna berakhir. Rembo dan Hendrikus kembali
bangkit dan mereka secara bersamaan
meyetubuhi tubuh Venna dan sperma mereka
berdua kembali tumpah di rahimnya. Merasa
sudah cukup merekam adegan, Joni yang
memegang kamera, meletakkan alat itu dan ikut
bergabung dengan teman-temannya menjarah
tubuh Venna. Empat pasang tangan kasar pun
menggerayangi tubuh mulus itu. Venna yang
sudah lelah untuk berontak hanya bisa
meneteskan air mata merenungi nasibnya yang
malang. Tatapan matanya terlihat kosong ketika
disetubuhi. Sperma mereka muncrat di mana-
mana baik di dalam ataupun di luar tubuhnya,
wajah, rambut, dada, perut, paha dan
selangkangan semua tidak ada yang lepas dari
semprotan sperma keempat pria bejat itu. Tidak
terasa waktu telah menunjukkan pukul 12 siang,
kebrutalan mereka telah menyebabkan Venna
tidak sadarkan diri. Tubuh telanjangnya yang
telah belepotan keringat dan sperma para
pemerkosanya itu tergolek lemas di atas jerami.
Para pemerkosa itu kini telah berpakaian kembali
sambil tersenyum puas karena telah menikmati
kehangatan tubuh artis dan politikus cantik serta
ibu beranak dua itu. Setelah mereka beres
mereka meninggalkan wanita itu begitu saja di
gudang terlantar itu.
“Beres tugas kita, tar sorean gua lapor sama
minta bayarannya!” kata Rembo, “sekarang kita
buruan cabut sebelum ada orang dateng”
“Dia gimana Bos?” tanya Joni
“Biarin aja, kan masih ada bajunya robek-robek,
dibawa berabe, tenang aja dia ga bakal banyak
omong kok, kita kan punya ini!” jawab Rembo
menunjukkan handycam di tangannya.
*************************
Pukul enam sore, hari yang sama, di
sebuah rumah
“Bagus…kerja kalian memang bagus, gak
percuma saya membayar kalian!” kata seorang
pria di balik meja pada Rembo yang berdiri di
hadapannya.
Mata pria itu memandang pada layar laptop di
mejanya, nampak handycam yang tadi dipakai
untuk merekam perkosaan Venna tadi
terhubung dengan kabel data ke laptop tersebut.
“Ahh…sudah selesai!” kata pria itu setelah proses
transfer data selesai.
Pria itu lalu mengklik file yang baru didapatnya
itu hingga di layar tampil media player yang
menjalankan file movie. Pada bibirnya yang di
atasnya terdapat kumis tipis itu terkembang
sebuah senyum, senyum yang mesum dan
memuakkan, ketika melihat adegan film itu.
“Bagus sempurna…bener-bener bahenol ya si
Venna itu, gak sabar saya pengen nikmatin dia
juga hahaha! Sekarang tinggal potong dikit yang
mukanya ga terlalu jelas lalu sebar di internet,
setelah publik bereaksi saya yang akan angkat
bicara apakah asli atau nggaknya, nah saat itu dia
sudah gak bisa lepas dari genggaman gua, gua
juga bakal dianggap pahlawan partai gua karena
berani berterus terang tentang skandal sesama
anggota partai…hak…hak…hakk!!” tawa pria itu
dengan mesum.
“Dasar otak memek…ngaku-ngakunya doang
pakar telematika, taunya cuma pakar
bokepmatika! Bisanya cari sensasi melulu, nih
negara tambah gawat kalau yang ngaku pakar
kaya satu ini” gerutu Rembo dalam hati melihat
kebejatan pria itu, “yah gimana lagi, dengan
makhluk-makhluk kaya satu ini baru profesi gua
sama temen-temen bisa menghasilkan fulus.”
Rembo pun akhirnya mohon diri setelah
menghitung jumlah uang dalam amplop yang
diterimanya benar. Pria berkumis itu masih
tersenyum-senyum mesum sambil terus
menonton adegan perkosaan Venna Melinda,
seribu satu pikiran dan fantasi kotor memenuhi
kepalanya memikirkan apa yang akan
dilakukannya setelah ini.
“Hehehe…liat aja nanti Ven, tunggu pembalasan
gua gara-gara dulu pernah ngatain gua pakar
gak jelas waktu kasus foto bugil Azhari
bersaudara!” senyum licik kembali menghias
bibir berkumis pria itu.


Adult | GO HOME | Exit
1/1355
U-ON

inc Powered by Xtgem.com